23 Maret 2017

Contoh Meresensi buku novel



JALAN TERANG SUMI
Resensi
Resensi ini diselesaikan untuk memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia
Semester 2 Kelas IX.2

AURELIA NABILA INSAN
NISN: 0024678175

SMP Negeri 2 Mandau
Kabupaten Bengkalis

Tahun Pelajaran
2016/2017







Resensi Novel Jalan Terang Sumi
Image result for jalan terang sumi
Judul                 : Jalan Terang Sumi
Penulis             : Gola Gong & Tias Tatanka
Penerbit           : Zikrul Kids
Tahun Terbit   : 2010
Halaman          : 128 halaman
ISBN                  : 978-979-063-593-7
          Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Atas izin-Nya  sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan resensi yang berjudul Jalan Terang Sumi karya Gola Gong & Tias Tatanka . Resensi ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Harapan saya semoga buku yang saya resensi ini dibaca dan dapat meningkatkan keinginan siswa/siswi untuk terus bersekolah hingga kejenjang yang lebih tinggi.

        Novel ini menceritakan perjuangan seorang gadis kecil bernama Sumi untuk terus belajar agar dapat melanjutkan sekolah. Sumi, ibunya anak pembantu rumah tangga dan ayahnya bekerja menarik becak meninggal setahun yang lalu karena tertabrak mobil. Sumi adalah anak sulung, ia memiliki satu adik bernama Tumbu yang masih berumur 2 tahun.

       Suatu hari, Ibu Sumi sakit dan ia langsung bergegas pergi kerumah Bu Sasongko. Lalu, ia menolong pekerjaan ibunya membereskan rumah dan menyiapkan makanan untuk anak bu Sasongko yang bernama Katrin. Penyakit ibunya Sumi semakin parah, sehingga dibawa kerumah sakit. Dirumah sakit Sumi mengetahui bahwa ibunya terkena penyakit tifus, dan ia harus beristirahat total.

     Diam-diam sore harinya Sumi mendatangi rumah keluarga Sasongko, ia meminta untuk menggantikan ibunya bekerja sebagai pembantu dirumah Bu Sasongko teersebut. Ia bertekad dapat menghasilkan uang sendiri untuk mengumpulkan uang biaya sekolah dan untuk keperluan ibu dan adiknya.

      Sumi memiliki semangat untuk belajar yang membara, terkadang saat Katrin membersihkan kamar Katrin, ia menumpang baca buku-buku tugasmilik Katrin. Kadang-kadang buku cerita, lalu dibaca dikamarnya. Sebelum Katrin pulang, buku yang dipinjamnya telah kembali ketempatnya. Bahkan saat ada jadwal les privat Katrin dengan waktu luangnya, ia diam-diam mengikuti pelajaran. Tidak sulit baginya untuk mengikutinya, hanya untuk soal-soal matematika tertentua ia tidak tahu.

       Sesampainya dirumah, hal-hal yang didengar dan dibacanya ia tulis dalam buku tulis bekas sekolah. Kadang-kadang ia membawa buku tulis itu ketempat kerja untuk mencocokkan dengan buku-buku pelajaran dikamar Katrin.

       Sebulan kemudian, Sumi memiliki secercah harapan untuk belajar. Bapak dan Ibu Sasongko menaikkan gaji Sumi lalu, ia disuruh untuk mengikuti les privat bersama Katrin.

      Suatu hari, saat les privat, Tante Aida (Guru privat Sumi dan Katrin) memberitah ada kompetisi kecerdasan yang berhadiahkan notebook dan beasiswa 3tahun berturut-turut disekolah manapun, yang diadakan oleh sebuah perusahaan computer ternama bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi. Sumi dan Katrin sangat bersemangat untuk mengikuti kompetisi tersebut, dan mengharapkan hadiah menggiurkan dapat mereka miliki. Malam sebelum kompetisi Sumi belajar semaksimal mungkin. Ia begitu mengharapkan beasiswa 3 tahun untuk melanjutkan sekolahnya.

      Hari yang ditunggu-tunggu pun datang, Sumi dan Katrin mengikuti kompetisi. Selama kompetisi berjalan, Sumi dengan serius membaca dan mengisi soal-soal yang diberikan. Sedangkan Katrin tetap bersikap santai. Setelah selesai mereka diperintahkan untuk menunggu hasil pengumuman.

       Setelah selesai waktu zuhur, peserta dipanggil untuk berkumpul mendengarkan pengumuman pemenang kompetisi kali ini. Juara ketiga Juwandono mendapatkan hadiah beasiswa selama setahun. Juara kedua Sumi dengan hadiah beasiswa 3tahun. Juara pertama Maissy dengan hadiah sebuah notebook. Sumi yang mendengarkan pengumuman tersebut begitu terharu dan langsung sujud syukur, begitu tak percaya bisa kembali melanjutkan sekolahnya yang terputus.



Buku ini disajikan dengan bahasa yang komunikatif, memungkinkan pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh itu sendiri. Buku ini banyak yang dapat dijadikan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, karena tidak tepatnya tanda baca yang digunakan membuat kita sedikit sulit memahaminya.

Novel ini sangat inspiratif, memiliki banyak kandungan amanat-amanat yang dapat dipetik dan dapat dibaca oleh semua kalangan. Novel ini dapat membuat kita mengerti akan perjuangan seseorang hanya untuk mengejar pendidikan, selalu bersyukur, ketabahan, kegigihan seorang anak untuk mencapai apa yang dia inginkan. Sikap dan prilaku tokoh dapat dijadikan teladan setiap orang.

Sekian susunan resensi saya, apabila ada kesalahan penulisan dan kata-kata saya mohon maaf.
-TERIMA KASIH-



11 Maret 2017

Manusia satu kata

Hari yang cerah. Raja Mahendra pergi ke hutan untuk menguji kemampuannya berburu. Ia melarang para pengawal mengikutinya masuk ke hutan. Di tengah hutan, tampak seekor kijang asyik makan rumput. Raja Mahendra langsung membidik anak panahnya.
Ah, kijang itu berhasil melarikan diri. Raja Mahendra mengejarnya. Namun ia terperosok masuk ke lubang yang cukup dalam. Ia berteriak sekeras-kerasnya memanggil para pengawal. Namun suaranya lenyap ditelan lebatnya hutan. Selagi Raja Mahendra merenungi nasibnya, ia terkejut melihat seseorang berdiri di tepi lubang.
“Hei! Siapa kau?” tanya Raja. Orang itu tak menjawab. “Aku Raja Mahendra! Tolong naikkan aku!” pintanya dengan nada keras. “Tidak!” jawab orang itu. Raja menjadi geram. Ia ingin memanah orang itu. Namun sebelum anak panah melesat, orang itu lenyap. Tak lama kemudian, jatuhlah seutas tali. Raja mengira itu pengawalnya. Namun, ternyata orang tadi yang melempar tali.
“Jadi kau mau menolongku?”
“Tidak!” jawabnya lagi. Raja menjadi bingung. Katanya tidak, mengapa memberi tali? Apa boleh buat, yang penting orang itu mau menolongnya. Raja Mahendra berhasil naik. Ia mengucapkan rasa terima kasih.
“Maukah kau kubawa ke kerajaan?” tawar Raja.
“Tidak!” jawab si penolong.
“Kalau tidak mau, terimalah beberapa keping emas.”
“Tidak!” jawabnya lagi, tetapi tangannya siap menerima.
Akhirnya Raja Mahendra sadar, bahwa orang itu hanya bisa bicara satu kata. Yaitu tidak. Walau berkata tidak, orang itu dibawa juga ke kerajaan. Sampai di kerajaan Raja Mahendra memanggil Patih.
“Paman Patih, tolong berikan pekerjaan pada manusia satu kata ini. Ia hanya bisa berkata, tidak.”
“Mengapa paduka membawa orang yang amat bodoh ini?”
“Walau bodoh, ia telah menolongku ketika terperosok lubang.” Patih berpikir keras. Pekerjaan apa yang sesuai dengan orang ini.
Setelah merenung beberapa saat, Patih tersenyum dan berkata, “Paduka kan bermaksud mengadakan sayembara untuk mencari calon suami bagi sang putri. Tetapi sampai kini Paduka belum menemukan jenis sayembaranya.”
“Benar Paman Patih, aku ingin mempunyai menantu yang sakti dan pandai. Tetapi apa hubungannya hal ini dengan sayembara?”
“Peserta yang telah lolos ujian kesaktian, harus mengikuti babak kedua. Yaitu harus bisa memasuki keputren dengan cara membujuk penjaganya.”
“Lalu, siapa yang akan dijadikan penjaga keputren?”
“Manusia satu kata itu, Paduka.”
“Lho, ia amat bodoh. Nanti acara kita berantakan!”
“Percayalah pada hamba, Paduka.”
Pada hari yang ditentukan, peserta sayembara berkumpul di alun-alun. Mereka adalah raja muda dan pangeran dari kerajaan tetangga. Di babak pertama, kesaktian para peserta diuji. Dan, hanya tiga peserta yang berhasil.

Ketiganya lalu dibawa ke depan pintu gerbang keputren. Patih memberi penjelasan pada mereka. Nampaknya mudah. Mereka hanya disuruh membujuk penjaga keputren sehingga dapat masuk keputren.
Peserta hanya boleh mengucapkan tiga pertanyaan.
“Penjaga yang baik. Bolehkah aku masuk keputren?” tanya peserta pertama.
“Tidak!” jawab si manusia satu kata.
“Maukah kuberi emas sebanyak kau mau, asal aku diperbolehkan masuk?”
“Tidak!”

Pertanyaan tinggal satu.
“Kau akan kujadikan Senopati di kerajaanku, asal aku boleh masuk.”
“Tidak!” ujar si manusia satu kata.
Peserta pertama gugur. Ia mundur dengan lemah lunglai. Peserta kedua maju. Ia telah menyusun pertanyaan yang dianggapnya akan berhasil,
“Penjaga, kalau aku boleh masuk keputren, kau akan kunikahkan dengan adikku yang cantik. Setuju?” pertayaan pertama peserta kedua.
“Tidak!”
“Separoh kerajaan kuberikan padamu, setuju?”
“Tidak!”
“Katakan apa yang kau inginkan, asal aku boleh masuk.”
“Tidak!”
Peserta kedua pun mundur dengan kecewa. Mendengar percakapan dua peserta yang tak mampu masuk keputren, Raja Mahendra tersenyum puas. Pandai benar patihku, katanya dalam hati.
Peserta terakhir maju.
Semua penonton termasuk Raja Mahendra memperhatikan dengan seksama. Raja muda itu tampak percaya diri. Langkahnya tegap penuh keyakinan.
“Wahai penjaga keputren, jawablah pertanyaanku baik-baik. Tidak dilarangkah aku masuk keputren?” tanyanya dengan suara mantap. Raja Mahendra, Patih, dan penonton terkejut dengan pertanyaan itu.
Dengan mantap pula penjaga menjawab.
“Tidak!” Seketika itu sorak-sorai penonton bergemuruh, mengiringi kebehasilan peserta terakhir. Si raja muda yang gagah lagi tampan. Raja Mahendra sangat senang dengan keberhasilan itu. Calon menantunya sakti dan pandai.
Sayembara usai. Manusia satu kata berjasa lagi pada Raja Mahendra. Ia dapat menyeleksi calon menantu yang pandai. Walau bodoh, Raja Mahendra tetap mempekerjakannya sebagai penjaga keputren.


Dikirim Oleh: Rafiif Wasis Ibaadurrahmaan
Sumber Cerita: Oleh Mujinem (Bobo No. 40/XXVII)

Wortel, Telur, dan Kopi

kopiSeorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia merasa capai untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi, maka persoalan yang lain muncul. Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api. Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan, pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah kata.
Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan menunggu dengan tidak sabar. Ia keheranan melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit, ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakkannya dalam mangkok. Diambilnya pula telur-telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian dituangkannya juga kopi ke dalam cangkir. Segera sesudah itu ia berbalik kepada putrinya, dan bertanya: “Sayangku, apa yang kaulihat?” “Wortel, telur, dan kopi,” jawab anaknya.
Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si anak mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum. Dengan rendah hati ia bertanya “Apa artinya, bapa?” Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah merasakan penderitaan yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi masing-masing berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah dimasak dalam air mendidih menjadi lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya memiliki kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah dimasak dalam air mendidih, cairan yang di dalam itu menjadi keras. Sedangkan biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam air mendidih, kopi itu mengubah air tawar menjadi enak.

“Yang mana engkau, anakku?” sang ayah bertanya.
“Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?”
Bagaimana dengan ANDA, sobat?
Apakah Anda seperti sebuah wortel, yang kelihatan keras, tetapi saat berhadapan dengan kepedihan dan penderitaan menjadi lembek, lemah, dan kehilangan kekuatan?

Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau tadinya berjiwa lembut, tetapi setelah terjadi kematian, perpecahan, perceraian, atau pemecatan, Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama, tetapi apakah Anda menjadi pahit, tegar hati,serta kepala batu?
Atau apakah Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang membawa kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100 C. Ketika air menjadi panas, rasanya justru menjadi lebih enak. Apabila Anda seperti biji kopi, maka ketika segala hal seolah-olah dalam keadaan yang terburuk sekalipun Anda dapat menjadi lebih baik dan juga membuat suasana di sekitar Anda menjadi lebih baik.
Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji kopi?
Sumber: unknown

Ayam dan Sapi

22452-bigthumbnail“Kenapa sih”, kata seorang kaya pada pelayannya, “Orang-orang mengataiku pelit. Padahal semua orang kan tahu kalau aku wafat nanti, aku akan memberikan semua yang aku punya pada yayasan sosial dan panti asuhan?” “Akan saya ceritakan fabel tentang ayam dan sapi,” jawab pelayannya. “Sapi begitu populer, sedangkan sang ayam tidak sama sekali. Hal ini sangat mengherankan sang ayam. ‘Orang-orang berkata begitu manis tentang kelemahlembutan dan matamu yang begitu memancarkan penderitaan’, kata ayam pada sapi. ‘Mereka mengira kamu begitu murah hati, karena tiap hari kamu memberi mereka krim dan susu. Tapi bagaimana dengan aku? Aku memberikan semua yang aku punya. Aku memberikan daging ayam. Aku memberikan bulu-buluku. Bahkan mereka memasak dan membuat sup dengan kakiku untuk kaldu. Tidak ada yang seperti itu. Kenapa sih kok bisa begitu ?'”
"Apakah anda tahu apa jawaban sang sapi?”, kata pelayan.
Sang sapi berkata, “Mungkin karena aku memberikannya sewaktu aku masih hidup.”

sumber: http://dongeng.org/ayam-dan-sapi/

Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
 Apple_Tree“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.
“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”
“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.
Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
“Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel.
“Aku sedih,” kata anak lelaki itu.
“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya.
Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu. Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
“Maaf anakku,” kata pohon apel itu.
“Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”
“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.
“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”
“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

sumber: http://dongeng.org/pohon-apel/

Anak Kerang

mutiara
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
sumber: unknown

Hieroglif Mesir Kuno

17 Fakta Menarik tentang Hieroglif Mesir Kuno

hieroglif mesir

Huruf bangsa Mesir Kuno yang disebut hieroglif (hieroglyph) telah menjadi sumber misteri dan daya tarik selama ribuan tahun.
Seluruh sistem penulisan ini didasarkan pada ‘kata gambar’, sehingga menjadikannya kompleks.
Bahkan, tulisan gambar ini telah membuat bingung ahli bahasa selama hampir 1.400 tahun, sebelum sedikit demi sedikit diketahui maknanya.
Dibutuhkan banyak waktu untuk mempelajari hieroglif karena jumlahnya yang banyak. Para ahli memperkirakan terdapat lebih dari 700 hieroglif yang ditemukan dalam tulisan-tulisan Mesir kuno.
Struktur tulisan hieroglif (hieroglyph) meliputi:
– Ideogram yang digunakan untuk mewakili kata-kata. Sebagai contoh, jika gambar tampak seperti seorang pria, itu mewakili kata ‘manusia’.
– Fonogram yang digunakan untuk mengeja suara kata-kata yang diwakili. Biasanya, gambar tidak memiliki hubungan dengan suara suatu kata.
Sebuah fonogram atau ideogram bisa memiliki simbol yang sama. Penulis hieroglif akan menempatkan garis lurus setelah kata, sehingga dapat dibedakan apakah akan menjadi fonogram atau ideogram.

Fakta Menarik tentang Hieroglif (Hieroglyph) Mesir

1. Kata ‘hieroglyph’ berasal dari kata Yunani, hieros yang berarti suci, dan glypho yang berarti teks.
2. Dalam Bahasa Mesir kuno, hieroglif disebut sebagai medu-netjer, yang berarti kata-kata dewa.
3. Menerjemahkan hieroglif secara harfiah bisa menyebabkan berbagai masalah, karena para peneliti berpendapat hieroglif merupakan cara menyampaikan perihal mistis, keajaiban, serta bukan sekedar dari bahasa.
4. Perkembangan hieroglif Mesir bisa saja dipengaruhi oleh tulisan Sumeria yang telah berkembang sebelumnya serta yang secara geografis berada dekat dengan Mesir

5. Menemukan kunci untuk memecahkan hieroglif begitu sulit sehingga pada abad ke-4 SM, bahkan orang Mesir tidak bisa membacanya!
6. Upaya awal menerjemahkan hieroglif terhalang oleh asumsi keliru yang menyatakan bahwa bahasa ini merupakan simbolik (simbol mewakili apa yang digambarkan), alih-alih fonetik (simbol digunakan untuk mewakili suara.)
7. Hieroglif tidak memiliki konvensi penulisan dari satu arah tertentu. Artinya, mereka bisa ditulis dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, atas ke bawah, atau bawah ke atas.
8. Arah teks ditunjukkan oleh arah hieroglif yang dihadapi. Misalnya, jika hieroglif hewan dan manusia menghadap sisi kiri, teks akan dibaca dari kiri ke kanan.
9. Sistem hieroglyph tidak memiliki vokal, tanda baca, atau bahkan jarak antara kata-kata!
10. Hieroglif Mesir kuno ditemukan di mana-mana, dari monumen, makam, perahu, logam dan bahkan kayu. Hieroglif paling sering ditemukan pada batu-batu besar atau bas-relief.
11. Tanda tangan atau lambang dari keluarga kerajaan dan para dewa juga diwakili melalui hieroglif yang tertulis pada batu-batu yang disebut ‘cartouche’.
12. Juru tulis hieroglif dilatih dalam seni membaca dan menulis hieroglif dari usia muda. Karena kebanyakan orang Mesir tidak berpendidikan di masa itu, juru tulis mendapat status tinggi dan bahkan dibebaskan dari pajak dan dinas militer.
13. Tidak semuanya bisa diekspresikan dalam gambar, sehingga menjadi sulit untuk mengeksplorasi emosi atau ide abstrak. Untuk menyiasati hal ini, orang Mesir juga mengembangkan dua skrip lain yang disebut ‘Hieratic’ dan ‘Demotic’. Semua skrip ini dikembangkan secara bersamaan, dan umum digunakan untuk surat-menyurat dan komunikasi formal.
14. Seni hieroglif hilang selama ribuan tahun ketika penggunaannya digantikan oleh huruf Arab dan Koptik.
15. Para ahli juga berteori munculnya Kristen di abad 3 dan 4 Masehi juga berkontribusi pada kepunahan hieroglif yang kemudian diganti dengan campuran huruf Koptik dan Yunani.
16. Prasasti terakhir yang ditulis dengan huruf Demotik berasal dari akhir abad 4 SM, ditemukan di kuil Philae.
17. Dzul-Nun al-Misri dan Ibnu Wahshiyya adalah dua cendekiawan Arab yang sebagian berhasil memecahkan hieroglif (hieroglyph).

sumber: https://www.amazine.co/40226/17-fakta-menarik-tentang-hieroglif-mesir-kuno/